Minggu, 13 Maret 2016

PENALARAN BERPIKIR DEDUKTIF



Disusun oleh:
M.Hijrah wahyu mahdika
15113726
3KA12
UNIVERSITAS GUNADARMA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul tentang  “penalaran berpikir deduktif” dan kami ucapkan terima kasih kepada ibu rafiqa maulida selaku dosen bahasa indonesia 2 yang telah memberikan  tugas ini kepada kami.
Semoga makalah sederhana ini mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya dan bermanfaat untuk menambah wawasan untuk kita semua dan tak lupa sebelumnya kami mohon maaf  bila terdapat kata kata yang kurang berkenan di dalam makalah ini.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Manusia memiliki penalaran dimana tak terlepas dari pengguna bahasa. Penalaran cenderung sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penalaran juga sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, manusia harus menggunakan penalarannya dengan baik, agar bisa diselesaikan secara baik.
Kami menyadari bahwa pembahasan mengenai penalaran ini sangatlah penting , terlebih dalam hal komunikasi. Biasanya apabila kita ingin mendaftar di suatu Universitas atau melamar pekerjaan, pasti ada tes IQ yang mencakup tes penalaran juga

1.2         Tujuan Penulisan Masalah
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara berfikir deduktif dan jenis-jenis cara berpikir ilmiah
Mahasiswa mampu membedakan antara proses berfikir deduktif dan induktif
1.3         Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud penalaran dedukatif dan penalaran karangan?
Bagaimana konsep berfikir deduktif?
Apa yang dimaksud Silogisme Kategorial, Silogisme Hipotesis dan Silogisme Alternatif?
1.4         Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh data dengan menggunakan data dari pencarian melalui internet atau e-library.

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Penalara adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui
Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.

2. Unsur Penalaran
 unsur penalaran  adalah sebagai berikut:
1)  Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
2)   Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3)     Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
(a)   Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta.
(b) Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan benar atau salahnya.
(c)   Proposisi hipotetik  yaitu persyaratan huungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi.
(d) Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
(e)   Proposisi positif universal yiatu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak.
(f)  Proposisi positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif.
(g)   Proposisi negatif universal, kebalikan dari proposisi positif universal.
(h)   Proposisi negatif parsial, kebalikan dari proposisi negatif parsial.
4)     Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5) Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
6)     Sistematika yaitu seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7)     Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8)     Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9) Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10)  Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya. Pembuktian ini harus disertai dukungan yang berupa: metode analisis baik yang bersifat manual maupun yang berupa software. Selain itu, pembuktian didukung pula dengan data yang mencukupi, fakta, contoh, dan hasil analisis yang akurat.
11)  Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
12) Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atas hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.


Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah metode cara berfikir yang di mulai dari menarik kesimpulan dari hal yang umum yang mengarah kepada kesimpulan yang khusus dengan cara menghubungkan data-data  nya , dengan contoh :
Premis 1 : Semua mahluk hidup adalah ciptaan Tuhan (U)
 Premis 2: Manusia adalah mahluk hidup (U)
Kesimpulan : Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan
2. Macam-macam Penalaran Deduktif:
SILOGISME
Silogisme adalah suatu proses pengambilan keputusan/kesimpulan (konklusi) dari 2 macam premis yang ada sebelumnya. Sehingga kita dapat menarik kesimpulan dari 2 premis yang ada sebelumnya yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya.
Contoh :
Semua manusia pasti akan meninggal
Tono adalah manusia
Jadi : Tono pasti akan meninggal

a)        Silogisme Kategorial
     Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
      
     Contoh :
     ·         Semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor/premis umum)
     ·         Komodo adalah hewan yang dilindungi (premis minor/premis khusus)
     ·         Komodo pasti akan mati (konklusi/kesimpulan)

Hukum-hukum Silogisme Kategorial
Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan).

Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)

Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan diambil bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
(Tidak ada kesimpulan)
Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukan.
Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunjukan.
Jadi: Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)

Paling tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya tidak menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin.
Jadi: Binatang ini adalah ikan.
(Padahal bisa juga binatang melata)

Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti:
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis adalah positif)
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda, maka kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah (middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.
  b)        Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotesis, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorial.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetis :
Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi, saya naik becak.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi, hujan telah turun.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotesis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorial. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetis adalah:
1)      Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2)      Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3)      Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4)      Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan.
3.Silogisme alternatif
 Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. 
Contoh :
   Nenek Sumi berada di Bandungf atau Bogor.
   Nenek Sumi berada di Bandung.
   Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

Contoh :

My : Kucing berada di dalam rumah atau di luar rumah
Mn : Kucing berada di luar rumah
K : Jadi, kucing tidak berada di dalam rumah

ENTIMEN
Merupakan silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada dasarnya adalah silogisme tapi Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. 

contoh :

  • Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
  • Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
  • Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung.


1.Aristo berada di Bandung atau Bali.
Aristo berada di Bandung.
Jadi, Aristo tidak berada di Bali.


2.Semua sarjana adalah orang cerdas.
Dian adalah seorang sarjana.
Jadi,Dian adalah cerdas 
  
Dapat diuraikan sebagai berikut :
Silogisme merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal.
Proses penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada kesimpulan.
Strukturnya tetap: premis mayor, premis minor, kesimpulan.
Premis mayor berisi pernyataan umum.
Premis minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor.
Kesimpulan dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.


BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah.

Daftar pustaka
http://yesa0409.blogspot.co.id