Disusun oleh:
M.Hijrah wahyu
mahdika
15113726
3KA12
UNIVERSITAS
GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
tentang “penalaran berpikir deduktif”
dan kami ucapkan terima kasih kepada ibu rafiqa maulida selaku dosen bahasa
indonesia 2 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Semoga
makalah sederhana ini mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya dan
bermanfaat untuk menambah wawasan untuk kita semua dan tak lupa sebelumnya kami
mohon maaf bila terdapat kata kata yang
kurang berkenan di dalam makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
memiliki penalaran dimana tak terlepas dari pengguna bahasa. Penalaran
cenderung sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penalaran juga sangat
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam menyelesaikan masalah
tersebut, manusia harus menggunakan penalarannya dengan baik, agar bisa
diselesaikan secara baik.
Kami
menyadari bahwa pembahasan mengenai penalaran ini sangatlah penting , terlebih
dalam hal komunikasi. Biasanya apabila kita ingin mendaftar di suatu
Universitas atau melamar pekerjaan, pasti ada tes IQ yang mencakup tes
penalaran juga
1.2 Tujuan
Penulisan Masalah
Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan cara berfikir deduktif dan jenis-jenis cara
berpikir ilmiah
Mahasiswa
mampu membedakan antara proses berfikir deduktif dan induktif
1.3 Rumusan
Masalah
Apa yang
dimaksud penalaran dedukatif dan penalaran karangan?
Bagaimana
konsep berfikir deduktif?
Apa yang
dimaksud Silogisme Kategorial, Silogisme Hipotesis dan Silogisme Alternatif?
1.4 Metode
Pengumpulan Data
Dalam
penyusunan makalah ini kami memperoleh data dengan menggunakan data dari
pencarian melalui internet atau e-library.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Penalara adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui
Penalaran
karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta
yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu
karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.
2. Unsur
Penalaran
unsur penalaran adalah sebagai berikut:
1) Topik yaitu
ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi
sekurang-kurangnya dua variabel.
2) Dasar
pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu
kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3) Proposisi
mempunyai beberapa jenis, antara lain:
(a) Proposisi
empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta.
(b) Proposisi
mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan
benar atau salahnya.
(c) Proposisi
hipotetik yaitu persyaratan huungan subjek dan predikat yang harus
dipenuhi.
(d) Proposisi
kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
(e) Proposisi
positif universal yiatu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran
mutlak.
(f) Proposisi
positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut
bersifat positif.
(g) Proposisi
negatif universal, kebalikan dari proposisi positif universal.
(h) Proposisi
negatif parsial, kebalikan dari proposisi negatif parsial.
4) Proses
berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan
terarah menuju suatu kesimpulan.
5) Logika yaitu
metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan), argumentasi
(pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
6) Sistematika yaitu
seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam
suatu kesatuan.
7) Permasalahan yaitu
pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8) Variabel yaitu
unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9) Analisis (pembahasan,
penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari
hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10) Pembuktian (argumentasi)
yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau
kesalahannya. Pembuktian ini harus disertai dukungan yang berupa: metode
analisis baik yang bersifat manual maupun yang berupa software. Selain
itu, pembuktian didukung pula dengan data yang mencukupi, fakta, contoh, dan
hasil analisis yang akurat.
11) Hasil yaitu
akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
12) Kesimpulan
(simpulan) yaitu penafsiran atas hasil pembahasan, dapat berupa implikasi
atau inferensi.
Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran
Deduktif adalah metode cara berfikir yang di mulai dari menarik kesimpulan dari
hal yang umum yang mengarah kepada kesimpulan yang khusus dengan cara
menghubungkan data-data nya , dengan contoh :
Premis 1
: Semua mahluk hidup adalah ciptaan Tuhan (U)
Premis
2: Manusia adalah mahluk hidup (U)
Kesimpulan
: Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan
2. Macam-macam Penalaran
Deduktif:
SILOGISME
Silogisme adalah suatu proses pengambilan keputusan/kesimpulan (konklusi) dari 2 macam premis yang ada sebelumnya. Sehingga kita dapat menarik kesimpulan dari 2 premis yang ada sebelumnya yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya.
Silogisme adalah suatu proses pengambilan keputusan/kesimpulan (konklusi) dari 2 macam premis yang ada sebelumnya. Sehingga kita dapat menarik kesimpulan dari 2 premis yang ada sebelumnya yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya.
Contoh :
Semua
manusia pasti akan meninggal
Tono adalah manusia
Jadi : Tono pasti akan meninggal
Tono adalah manusia
Jadi : Tono pasti akan meninggal
a) Silogisme
Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya
merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis
yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi
predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
Contoh :
· Semua makhluk
hidup pasti mati (premis mayor/premis umum)
· Komodo adalah
hewan yang dilindungi (premis minor/premis khusus)
· Komodo pasti
akan mati (konklusi/kesimpulan)
Hukum-hukum
Silogisme Kategorial
Apabila
dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua
yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian
makanan tidak menyehatkan,
Jadi
Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan
tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan).
Apabila
salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua
korupsi tidak disenangi.
Sebagian
pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian
pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan
tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
Dari dua
premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak
ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan diambil
bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua
premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau
bukan bunga mawar.
Kucing
bukan bunga mawar.
(Tidak
ada kesimpulan)
Tidak
satu pun drama yang baik mudah dipertunjukan.
Tidak
satu pun drama Shakespeare mudah dipertunjukan.
Jadi:
Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
Paling
tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term
penengahnya tidak menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua
ikan berdarah dingin.
Binatang
ini berdarah dingin.
Jadi:
Binatang ini adalah ikan.
(Padahal
bisa juga binatang melata)
Term-predikat
dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya.
Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti:
Kerbau
adalah binatang.
Kambing
bukan kerbau.
Jadi:
Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’
pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis adalah positif)
Term
penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna ganda, maka kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan
itu bersinar di langit.
Januari
adalah bulan.
Jadi:
Januari bersinar di langit.
(Bulan
pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari,
sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
Silogisme
harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah
(middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term
tidak bisa diturunkan konklusinya.
b) Silogisme Hipotesis
Silogisme
Hipotesis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotesis,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorial.
Ada 4
(empat) macam tipe silogisme hipotetis :
Silogisme
hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika
hujan, saya naik becak.
Sekarang
hujan.
Jadi,
saya naik becak.
Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila
hujan, bumi akan basah.
Sekarang
bumi telah basah.
Jadi,
hujan telah turun.
Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan
akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi
kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
Jadi
mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotesis
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorial. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya
bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal
hukum silogisme hipotetis adalah:
1) Bila
A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila
A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila
B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila
B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran
hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan.
3.Silogisme
alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
Nenek
Sumi berada di Bandungf atau Bogor.
Nenek
Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Contoh :
My : Kucing berada di dalam rumah atau di luar rumah
Mn : Kucing berada di luar rumah
K : Jadi, kucing tidak berada di dalam rumah
ENTIMEN
Merupakan
silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut
dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada dasarnya
adalah silogisme tapi Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
contoh :
1.Aristo berada di Bandung atau Bali.
Aristo berada di Bandung.
Jadi, Aristo tidak berada di Bali.
2.Semua sarjana adalah orang cerdas.
Dian adalah seorang sarjana.
Jadi,Dian adalah cerdas
- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
- Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung.
1.Aristo berada di Bandung atau Bali.
Aristo berada di Bandung.
Jadi, Aristo tidak berada di Bali.
2.Semua sarjana adalah orang cerdas.
Dian adalah seorang sarjana.
Jadi,Dian adalah cerdas
Dapat
diuraikan sebagai berikut :
Silogisme
merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal.
Proses
penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada
kesimpulan.
Strukturnya
tetap: premis mayor, premis minor, kesimpulan.
Premis
mayor berisi pernyataan umum.
Premis
minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor.
Kesimpulan
dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian.
Penalaran
Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran
ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu
dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal
yang lebih rendah.
Daftar pustaka
http://yesa0409.blogspot.co.id