Sabtu, 02 Juli 2016
Minggu, 15 Mei 2016
Konsep menulis laporan ilmiah
Makalah Bhs.Indonesia 2
Konsep Menulis Laporan Ilmiah
Dosen : Rafiqa maulida
Nama : M.Hijrah Wahyu Mahdika
NPM:15113726
Kelas : 3 KA 12
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas “Konsep Menulis Laporan Ilmiah”.
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Alloh SWT.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Karya
ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan
secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk
memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca.
Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan
untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan.
Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar
hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain. Jikapun,
tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah
sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu. Disebut juga dengan penelitian
lanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Laporan Ilmiah
Laporan ialah
suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan dari
seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat
berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu
karangan. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh
dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk
jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis
karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam
kesempatan tertentu.
2.2 Dasar
Membuat Laporan Ilmiah
Ada
beberapa hal yang mendasari dalam pembuatan Laporan Ilmiah. Diantaranya :
Kegiatan
menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan
ilmiah.
Laporan
ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci,
dan ringkas.
Laporan
ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi
atau sesama ilmuwan.
Laporan
ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah
secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta
implikasinya.
Laporan
ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat
tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.
Jenis-jenis
Laporan Ilmiah
Dari
beberapa sumber yang ada, terdapat 3(tiga) jenis Laporan Ilmiah yaitu sebagai
berikut :
Laporan
Lengkap (Monograf)
Menjelaskan
proses penelitian secara menyeluruh.
Teknik
penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu
yang bersangkutan.
Menjelaskan
hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis.
Menjelaskan
(juga) kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai.
Organisasi
laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan
seterusnya,haruslah padat dan jelas).
Artikel
Ilmiah
Artikel
ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap.
Isi
artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang
obyektif.
Artikel
ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam
laporan lengkap.
Laporan
Ringkas
Laporan
ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang
lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi
masyarakat umum).
Fungsi
Laporan Ilmiah
Laporan
penelitian mengkomunikasikan kepada pembaca seperangkat data dan ide spesifik.
Ide spesifik. Spesifik tersebut disampaikan secara jelas dan cukup rinci agar
dapat dievaluasi.
Laporan
Ilmiah harus dilihat sebagai sumbangan dalam khasanah ilmu pengetahuan.
Laporan
Ilmiah harus berfungsi sebagai stimulator dan mengarahkan pada penelitian
selanjutnya.
Ciri
– Ciri Laporan yang baik
Laporan
yang baik mendukung beberapa hal antara lain:
Penggunaan
bahasa yang ilmiah (baku).
Dalam
penulisan laporan hanya menerima tulisan dengan jenis perintah bukan tanya.
Laporan
disertakan dengan identifikasi masalah.
Data
yang lengkap sebagai pendukung laporan.
Adanya
kesimpulan dan saranLaporan dibuat menarik dan juga interaktif.
2.5. Macam-macam
laporan
Macam-macam
laporan antara lain:
Laporan
berbentuk formulir isian
Laporan
ini biasanya telah disiapkan blanko daftar isian yang diserahkan pada tujuan
yang akan
dicapai.
Laporan
berbentuk surat
Laporan
yang bentuk surat prinsipnya sama dengan surat biasa perbedaannya terlatak pada
isi dan
panjang
surat.
Laporan
berbentuk memorandum
Laporan
berbentuk memo atau catatan pendek lebih singkat dibanding surat.laporan ini
sering
digunakan
dalam lingkungan organisasi/lembaga/antara atasan dan bawahan dalam suatu hubungan
kerja.
Laporan
perkembangan dan keadaan
Laporan
perkembangan
laporan yang bertujuan untuk menyampaikan
laporan yang bertujuan untuk menyampaikan
perkembangan,perubahan
yang sudah dicapai dalam usaha untuk mencapai tujuan/sasaran yang
telah
ditentukan tujuannya untuk menyebarkan kondisi yang ada pada saat laporan itu
dibuat.
Laporan
berkela
Laporan
berkela dibuat secara rutin (harian,mingguan,bulanan,tahunan) misalnya
laporan keuangan,produksi dan peningkatan prestasi.
Laporan
laboratoris/hasil penelitian
Laporan
laboratoris
tujuannya untuk menyampaikan hasil dari percobaan/penelitian yang dilakukan
tujuannya untuk menyampaikan hasil dari percobaan/penelitian yang dilakukan
dilaboratorium.
Laporan
formal
ialah
laporan yang memenuhi persyaratanpersyaratan tertentu/sistematika
baku sebuah
laporan ilmiah.jika tidak lengkap menjadi
laporan semi formal.
2.6. Syarat
Laporan Ilmiah
Syarat
laporan ilmiah meliputi :
Suatu
karya dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
Penulisannya
berdasarkan hasil penelitian, disertai pemecahannya
Pembahasan
masalah yang dikemukakan harus obyektif sesuai realita/ fakta
Tulisan
harus lengkap dan jelas sesuai dengan kaidah bahasa, Pedoman UmumEjaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD), serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah
(PUPI)
Tulisan
disusun dengan metode tertentu
Tulisan
disusun menurut sistem tertentu
Bahasanya
harus lengkap, terperinci, teratur, ringkas, tepat, dan cermat sehingga tidak
terbuka kemungkinan adanya ambiguitas, ketaksaan, maupun kerancuan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Laporan
ilmiah ialah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada
orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu.
Jenis-jenis
Laporan ilmiah :
a).
Laporan Lengkap (monograf)
b).
Artikel Ilmiah
c).
Laporan lengkap
DAFTAR
PUSTAKA
https://lidyaducil.wordpress.com
Minggu, 17 April 2016
MAKALAH BAHASA
INDONESIA 2
METODE ILMIAH
Dosen: Rafiqa Maulidia
Nama : M.hijrah wahyu
mahdika
NPM : 15113726
Kelas : 3KA12
UNIVERSITAS
GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji dan
Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Alloh SWT karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas “METODE ILMIAH”.
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada ibu rafiqa maulida yang elah memberika tugas makalah ini dan semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ilmu
pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan,sesuai
dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia.
BangsaIndonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju
selama belummemperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas
hidup bangsa dapatmeningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan.
Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis,
kreatif, dan produktif
Metode
Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh parailmuwan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang
sistematis, teratur dan terkontrol. Supaya suatu metode yang digunakandalam
penelitian disebut metode ilmiah
Ilmu
(sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami
sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk
meramalkandan memahami gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan
yang telah diolahkembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten
dan koheren. Agar pengetahuanmenjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah
(menjadi suatu bidang tertentu darikenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis
serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali
secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
Metodis,
berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakanmetode
tertentu, tidak serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukankebenaran
dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkahtertentu
yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang
terpadu.Koheren, berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan
rangkaianyang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten). Sedangkan suatu
usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
disebut penelitian (research).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi Metode Ilmiah
Metode
merupakan prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk
mempermudah memecahkan masalah secara teratur, sistematis, dan terkontrol.
Ilmiah adalah sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami
berdasarkan bukti fisis.
Pengertian
metode ilmiah menurut beberapa ahli :
1.
(Almack,
1939) Metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
2.
(Ostle,
1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatuuntuk
memperoleh sesuatu interelasi
Metode
Ilmiah memiliki ciri-ciri keilmuan:
1.
Rasional:
sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.
2.
Empiris:
menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati denganmenggunakan panca
inderaSistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah logis
Unsur
metode ilmiahUnsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah
berikut:
1.
Karakteristik
(pengamatan dan pengukuran)
2.
Hipotesis
(penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatandan pengukuran)
3.
Prediksi
(deduksi logis dari hipotesis).
4.
Eksperimen
(pengujian atas semua hal di atas
Syarat-syarat
Metode Ilmiah, diantaranya:
1.
Obyektif,
artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukungmetodik
fakta empiris.
2.
Metodik,
artinya pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara-cara
tertentu yang teratur dan terkontrol
3.
Sistematik, artinya pengetahuan
ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan.
4.
Universal,
artinya pengetahuan tidak hanya berlaku atau dapat diamati olehseseorang atau
beberapa orang saja tetapi semua orang melaluieksperimentasi yang sama akan
memperoleh hasil yang sama.
2.2.
Kegunaan Metode Ilmiah
Dengan
adanya sikap dan metode ilmiah akan menghasilkan penemuan-penemuan yang
berkualitas tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan manusia.
Beberapa kegunaan metode ilmiah dalam kehidupan manusia antara lain :
·
Membantu
memecahkan permasalahan dengan penalaran dan pembuktian yang memuaskan.
·
Menguji
hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
·
Memecahkan
atau menemukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya masih teka teki.
2.3. Sikap
Ilmiah
1.
Sikap
Ingin Tahu
apabila menghadapi suatu masalah yang baru
dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan
tentang obyek dan peristiea; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki
suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen.
2.
Sikap
Kritis
Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan
tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukt bukti pada waktu
menarik kesimpulan
3.
Sikap
obyektif :
Melihat
sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka dapat
mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai subjek
4.
Sikap
ingin menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen
baru;kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan
konstruktif
5.
Sikap
menghargai karya orang lain,
Tidak akan
mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima
kebenaran ilmiah walaupun ditemukan olehorang atau bangsa lain.
6.
Sikap tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan,
bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan dan tidak akan
berhenti melakukan kegiatan -kegiatan apabila belum selesai
7.
Sikap
terbuka
Bersedia
mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa yang diketahuinya.terbuka
menerima kritikan dan respon negatif terhadap pendapatnya
2.4.
Kriteria Metode Ilmiah
Supaya
suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode
tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
- Berdasarkan Fakta: Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
- Bebas dari Prasangka: Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif. Apabila hasil dari suatu penelitian, misalnya, menunjukan bahwa ada ketidak sesuaian dengan hipotesis, maka kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh pihak pemberi dana.
- Menggunakan Prinsip Analisa: Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
- Menggunakan Hipotesa: Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
- Menggunakan Ukuran Obyektif: Seorang peneliti harus selalu bersikap objektif dalam mencari kebenaran. Semua data dan fakta yang tersaji harus disajikan dan dianalisis secara objektif. Pertimbangan dan penarikan kesimpulan harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.
- Menggunakan Teknik Kuantifikasi: Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagai¬nya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.
2.5.
Langkah – Langkah Metode Ilmiah
Karakterisasi
(Observasi dan Pengukuran)
Metode ilmiah
bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses
karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang
dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat
melibatkan proses penentuan (definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud
seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat.
Proses
pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti
laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau
dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering
memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau
voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan
penemuan peralatan semacam itu.
Hasil
pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam
bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika
seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga
disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut.
Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran
berulang atas kuantitas yang diukur.
Hipotesis
Hipotesis
merupakan suatu ide atau dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang
diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi
berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu
eksperimen dalam laboratorium atau observasi suatu fenomena di alam. Prediksi
tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil
yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya
(apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka
terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat
sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu
disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis.
Jika prediksi tersebut tidak dapat diobservasi, hipotesis yang mendasari
prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu
metode yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau teori baru
boleh jadi memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan. Yang perlu diingat,
jika menurut hasil pengujian ternyata hipotesis tidak benar bukan berarti
penelitian yang dilakukan salah.
Melakukan
Eksperimen
Eksperimen
dirancang dan dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Perhitungkan
semua variabel, yaitu semua yang berpengaruh pada eksperimen. Hasil eksperimen
tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan
probabilitas kebenaran hipotesis tersebut.Hasil eksperimen secara mutlak bisa
menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan
prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang dibuat, berupa-rupa
eksperimen dapat dilakukan. Pencatatan yang detail sangatlah penting dalam
eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan
bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan
membantu dalam reproduksi eksperimen. Ada tiga jenis variabel yang perlu
diperhatikan pada eksperimen: variabel bebas, variabel terikat, dan variabel
kontrol. Varibel bebas merupakan variabel yang dapat diubah secara bebas.
Variabel terikat adalah variabel yang
diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel bebas. Variabel kontrol
adalah variabel yang selama eksperimen dipertahankan tetap.
o
Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.
o
Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan konstan,
catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.
Menyimpulkan
hasil eksperimen
Proses
ilmiah merupakan suatu proses yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang
manapun, seorang ilmuwan mungkin saja mengulangi langkah yang lebih awal karena
pertimbangan tertentu. Ketidakberhasilan untuk membentuk hipotesis yang menarik
dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang subjek yang sedang dipelajari.
Ketidakberhasilan suatu hipotesis dalam menghasilkan prediksi yang menarik dan
teruji dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau
definisi subjek penelitian. Ketidakberhasilan eksperimen dalam menghasilkan
sesuatu yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang metode
eksperimen tersebut, hipotesis yang mendasarinya, atau bahkan definisi subjek
penelitian itu. Dapat pula ilmuwan lain memulai penelitian mereka sendiri dan
memasuki proses tersebut pada tahap yang manapun. Mereka dapat mengadopsi karakterisasi
yang telah dilakukan dan membentuk hipotesis mereka sendiri, atau mengadopsi
hipotesis yang telah dibuat dan mendeduksikan prediksi mereka sendiri. Sering
kali eksperimen dalam proses ilmiah tidak dilakukan oleh orang yang membuat
prediksi, dan karakterisasi didasarkan pada eksperimen yang dilakukan oleh
orang lain.
Jika
hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis :
- Jangan ubah hipotesis
- Jangan abaikan hasil eksperimen
- Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai
- Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan penyebab ketidaksesuaian
- Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang eksperimen.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pengertian
metode ilmiah adalah suatu proses atau cara keilmuan dalam melakukan proses
ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis
berdasarkan bukti fisis.
Kritria
yang termasuk ke dalam metode ilmiah adalah :
a)
Berdasarkan fakta
b) Bebas
dari prasangka
c)
Menggunakan prinsip-prinsip analisa
d)
Menggunakan hipotesa
e)
Menggunakan ukuran objektif
f)
Menggunakan teknik kuantifikasi
Langkah-langkah
dalam membuat metode ilmiah
a)
Hipotesis
b)
Melakukan eksperimen
c)
Menyimpulkan eksperimen
DAFTAR
PUSTAKA:
https://id.scribd.com/doc/262683224/Makalah-Metode-Ilmiah
Minggu, 13 Maret 2016
PENALARAN BERPIKIR DEDUKTIF
Disusun oleh:
M.Hijrah wahyu
mahdika
15113726
3KA12
UNIVERSITAS
GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
tentang “penalaran berpikir deduktif”
dan kami ucapkan terima kasih kepada ibu rafiqa maulida selaku dosen bahasa
indonesia 2 yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Semoga
makalah sederhana ini mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya dan
bermanfaat untuk menambah wawasan untuk kita semua dan tak lupa sebelumnya kami
mohon maaf bila terdapat kata kata yang
kurang berkenan di dalam makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
memiliki penalaran dimana tak terlepas dari pengguna bahasa. Penalaran
cenderung sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penalaran juga sangat
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam menyelesaikan masalah
tersebut, manusia harus menggunakan penalarannya dengan baik, agar bisa
diselesaikan secara baik.
Kami
menyadari bahwa pembahasan mengenai penalaran ini sangatlah penting , terlebih
dalam hal komunikasi. Biasanya apabila kita ingin mendaftar di suatu
Universitas atau melamar pekerjaan, pasti ada tes IQ yang mencakup tes
penalaran juga
1.2 Tujuan
Penulisan Masalah
Mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan cara berfikir deduktif dan jenis-jenis cara
berpikir ilmiah
Mahasiswa
mampu membedakan antara proses berfikir deduktif dan induktif
1.3 Rumusan
Masalah
Apa yang
dimaksud penalaran dedukatif dan penalaran karangan?
Bagaimana
konsep berfikir deduktif?
Apa yang
dimaksud Silogisme Kategorial, Silogisme Hipotesis dan Silogisme Alternatif?
1.4 Metode
Pengumpulan Data
Dalam
penyusunan makalah ini kami memperoleh data dengan menggunakan data dari
pencarian melalui internet atau e-library.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Penalara adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui
Penalaran
karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta
yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu
karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.
2. Unsur
Penalaran
unsur penalaran adalah sebagai berikut:
1) Topik yaitu
ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi
sekurang-kurangnya dua variabel.
2) Dasar
pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu
kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3) Proposisi
mempunyai beberapa jenis, antara lain:
(a) Proposisi
empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta.
(b) Proposisi
mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk menyatakan
benar atau salahnya.
(c) Proposisi
hipotetik yaitu persyaratan huungan subjek dan predikat yang harus
dipenuhi.
(d) Proposisi
kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat.
(e) Proposisi
positif universal yiatu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran
mutlak.
(f) Proposisi
positif parsial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut
bersifat positif.
(g) Proposisi
negatif universal, kebalikan dari proposisi positif universal.
(h) Proposisi
negatif parsial, kebalikan dari proposisi negatif parsial.
4) Proses
berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan
terarah menuju suatu kesimpulan.
5) Logika yaitu
metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan), argumentasi
(pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
6) Sistematika yaitu
seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam
suatu kesatuan.
7) Permasalahan yaitu
pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8) Variabel yaitu
unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9) Analisis (pembahasan,
penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari
hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10) Pembuktian (argumentasi)
yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau
kesalahannya. Pembuktian ini harus disertai dukungan yang berupa: metode
analisis baik yang bersifat manual maupun yang berupa software. Selain
itu, pembuktian didukung pula dengan data yang mencukupi, fakta, contoh, dan
hasil analisis yang akurat.
11) Hasil yaitu
akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
12) Kesimpulan
(simpulan) yaitu penafsiran atas hasil pembahasan, dapat berupa implikasi
atau inferensi.
Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran
Deduktif adalah metode cara berfikir yang di mulai dari menarik kesimpulan dari
hal yang umum yang mengarah kepada kesimpulan yang khusus dengan cara
menghubungkan data-data nya , dengan contoh :
Premis 1
: Semua mahluk hidup adalah ciptaan Tuhan (U)
Premis
2: Manusia adalah mahluk hidup (U)
Kesimpulan
: Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan
2. Macam-macam Penalaran
Deduktif:
SILOGISME
Silogisme adalah suatu proses pengambilan keputusan/kesimpulan (konklusi) dari 2 macam premis yang ada sebelumnya. Sehingga kita dapat menarik kesimpulan dari 2 premis yang ada sebelumnya yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya.
Silogisme adalah suatu proses pengambilan keputusan/kesimpulan (konklusi) dari 2 macam premis yang ada sebelumnya. Sehingga kita dapat menarik kesimpulan dari 2 premis yang ada sebelumnya yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang mendahuluinya.
Contoh :
Semua
manusia pasti akan meninggal
Tono adalah manusia
Jadi : Tono pasti akan meninggal
Tono adalah manusia
Jadi : Tono pasti akan meninggal
a) Silogisme
Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya
merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis
yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi
predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang
menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
Contoh :
· Semua makhluk
hidup pasti mati (premis mayor/premis umum)
· Komodo adalah
hewan yang dilindungi (premis minor/premis khusus)
· Komodo pasti
akan mati (konklusi/kesimpulan)
Hukum-hukum
Silogisme Kategorial
Apabila
dalam satu premis partikular, kesimpulan harus partikular juga, seperti:
Semua
yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian
makanan tidak menyehatkan,
Jadi
Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan
tidak boleh: Semua makanan tidak halal dimakan).
Apabila
salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga, seperti:
Semua
korupsi tidak disenangi.
Sebagian
pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian
pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan
tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
Dari dua
premis yang sama-sama negatif, tidak mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak
ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan diambil
bila sedikitnya salah satu premisnya positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua
premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau
bukan bunga mawar.
Kucing
bukan bunga mawar.
(Tidak
ada kesimpulan)
Tidak
satu pun drama yang baik mudah dipertunjukan.
Tidak
satu pun drama Shakespeare mudah dipertunjukan.
Jadi:
Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan tidak sah)
Paling
tidak salah satu dari term penengah haru: (mencakup). Dari dua premis yang term
penengahnya tidak menghasilkan kesimpulan yang salah, seperti:
Semua
ikan berdarah dingin.
Binatang
ini berdarah dingin.
Jadi:
Binatang ini adalah ikan.
(Padahal
bisa juga binatang melata)
Term-predikat
dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya.
Bila tidak, kesimpulan menjadi salah, seperti:
Kerbau
adalah binatang.
Kambing
bukan kerbau.
Jadi:
Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’
pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis adalah positif)
Term
penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna ganda, maka kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan
itu bersinar di langit.
Januari
adalah bulan.
Jadi:
Januari bersinar di langit.
(Bulan
pada premis minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari,
sedangkan pada premis mayor berarti planet yang mengelilingi bumi).
Silogisme
harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term menengah
(middle term), begitu juga jika terdiri dari dua atau lebih dari tiga term
tidak bisa diturunkan konklusinya.
b) Silogisme Hipotesis
Silogisme
Hipotesis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotesis,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorial.
Ada 4
(empat) macam tipe silogisme hipotetis :
Silogisme
hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika
hujan, saya naik becak.
Sekarang
hujan.
Jadi,
saya naik becak.
Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila
hujan, bumi akan basah.
Sekarang
bumi telah basah.
Jadi,
hujan telah turun.
Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan
akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi
kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme
hipotesis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
Jadi
mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotesis
Mengambil
konklusi dari silogisme hipotesis jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorial. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan kebenaran konklusinya
bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita
lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, jadwal
hukum silogisme hipotetis adalah:
1) Bila
A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila
A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila
B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila
B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran
hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan.
3.Silogisme
alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya
akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
Nenek
Sumi berada di Bandungf atau Bogor.
Nenek
Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Contoh :
My : Kucing berada di dalam rumah atau di luar rumah
Mn : Kucing berada di luar rumah
K : Jadi, kucing tidak berada di dalam rumah
ENTIMEN
Merupakan
silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi tersebut
dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada dasarnya
adalah silogisme tapi Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
contoh :
1.Aristo berada di Bandung atau Bali.
Aristo berada di Bandung.
Jadi, Aristo tidak berada di Bali.
2.Semua sarjana adalah orang cerdas.
Dian adalah seorang sarjana.
Jadi,Dian adalah cerdas
- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
- Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung.
1.Aristo berada di Bandung atau Bali.
Aristo berada di Bandung.
Jadi, Aristo tidak berada di Bali.
2.Semua sarjana adalah orang cerdas.
Dian adalah seorang sarjana.
Jadi,Dian adalah cerdas
Dapat
diuraikan sebagai berikut :
Silogisme
merupakan bentuk penalaran deduktif yang formal.
Proses
penalaran dimulai dari premis mayor melalui premis minor sampai pada
kesimpulan.
Strukturnya
tetap: premis mayor, premis minor, kesimpulan.
Premis
mayor berisi pernyataan umum.
Premis
minor berisi pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian premis mayor.
Kesimpulan
dalam silogisme selalu lebih khusus daripada premisnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan
sejumlah konsep dan pengertian.
Penalaran
Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran
ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu
dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal
yang lebih rendah.
Daftar pustaka
http://yesa0409.blogspot.co.id
Langganan:
Postingan (Atom)